Jumat, 01 April 2011

Meredam Amarah


Oleh: Muhammad Gufron Hidayat

“Barangsiapa yang menghilangkan kemarahannya, Allah SWT akan menghilangkan siksa-Nya padanya.” (HR. Thabrani)

Dalam kitab Aafaatun ‘Alath-Thariq karya Sayyid Muhammad Nuh marah bermakna tidak rela terhadap sesuatu dan iri dari sesuatu. Bila ditelisik dari segi psikologis, marah dapat dimaknai keadaan jiwa yang menampakan diri dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh. Ketika marah, hati dan fikiran tertutup. Tindakan yang dilakukan tidak didasari pada akal fikiran yang sehat, kata-kata yang terlontar pun tidak terkendali.  
Dalam menjalani kehidupan, berbagai persoalan acapkali menghampiri. Harapan kadang tidak sesuai dengan kenyataan. Jika keadaan ini tidak diterima dengan lapang, maka amarah lah yang muncul. Berbagai peristiwa penyiksaan kerapkali muncul lantaran amarah. Lah pun demikian, peristiwa pembunuhan seringkali disebabkan karena si pelaku dalam keadaan marah. Bukankah marah sangat berbahaya?
Jauh-jauh hari Rasulullah SAW mengingatkan,
“Neraka jahanam itu memiliki satu pintu yang tidak dapat dilalui kecuali oleh orang yang sering melampiaskan amarahnya.” (HR. Abu Dunya, Bazzar dan Baihaqi)
Begitu dalam ajaran Islam mengingatkan umatnya agar mampu meredam amarah. Dikisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah dan Siti Aisyah r.a sedang duduk bersama, lalu datanglah seorang yahudi mengucapkan Assaamu’alaikum (kecelakaan bagi kamu) dengan maksud ingin mengusik Rasulullah. Seketika Siti Aisyah menjawab Wa’alaikumussaam (kalianlah yang celaka). Mendengar jawaban itu Rasulullah menegur, “cukuplah mengucapkan Wa’alaikum (juga atas kalian) dan itu sudah cukup”.     
Imam al-Ghazali mengingatkan kiat untuk mengendalikan amarah yaitu dengan memahami keutamaan mengendalikan amarah, memaafkan, sikap lemah lembut dan tegar dengan mengharap ridho dan balasan baik dari Allah SWT. Sejalan dengan itu, sabda Rasulullah yang menganjurkan untuk berwudu ketika amarah memuncak selayaknya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
“Apabila salah seorang kamu marah, hendaklah ia segera berwudhu dengan  air dingin, karena marah itu bersumber dari api.” (HR. Abu Daud)   
Semoga kita bisa mengamalkan nasihatnya agar tercipta kehidupan indah penuh kasih sayang. Wallahu a’lam. 
              

1 komentar: